Kandang Badak, 4 Mei 2011. Anak-anak yang lain udah pada tidur, sedangkan gw belum bisa tidur. Gw duduk depan tenda sendirian ditemani oleh sebatang rokok tanpa segelas kopi. Gw emang terbiasa untuk tidur terakhir dari sebuah rombongan pendakian. Gatau kenapa dari pertama naik gunung gw hampir selalu tidur terakhir.
Menyendiri di tengah belantara hutan seperti ini emang asik. Tiba-tiba ada sesuatu yang gw rasakan. Ada sesuatu yang masuk dan menyentuh hati gw. Ada bayangan yang hinggap dalam otak gw. Gw inget sama saudara-saudara seangkatan gw, Banyu Karikil. Saudara-saudara yang menurut gw mereka adalah orang-orang hebat, gila, ngaco, bodoh dan brutal. Dari dulu gw selalu naik gunung bersama mereka, setidaknya salah satu dari mereka. Tapi 2 pendakian gw yang terakhir, gw mendaki tanpa ada seorangpun dari mereka. Ada yang berbeda kalo mendaki ga bersama mereka.
Betapa beruntungnya gw pernah punya tim pendakian yang amat sempurna. Untuk porter ada gw, Gio, Agra, Ncek dan Caleuy. Segala urusan safety, birokrasi, dan teknis selalu di handle oleh Doni dan terkadang gw ikut bantu sedikit untuk teknis.
Deni yang ga pernah bawa carrier kalo naik gunung itu bertugas menyediakan masakan untuk kita semua. Kalo ada Adam, dia yang bakal jadi sasaran utama untuk di cengin. Selain Adam, ada juga Manda yang bakal di jadiin sandsack oleh Doni. Manda ga Cuma jadi sandsack, dia sama Pari dan Ghaida atau yang terkenal dengan sebutan geng suyung merupakan penyuplai makanan. Jadi tas mereka bertiga itu adalah kulkas berjalan. Sumpah, gw kangen naik gunung sama mereka. Gw kangen ngobrol panjang lebar sama Doni di depan tenda sambil ngerokok. Kangen denger suara ketawa terbahak-bahaknya si Gio hitam. Kangen sama masakan ala Deni. Kangen liat Pari jalan paling depan sebagai lokomotif penarik buat Manda dan Ghaida. Kangen liat Manda di pukulin sama Doni. Kangen liat mata belernya si Ghaida kalo udah kecapean. Kangen sama Agra yang ga pernah ngeluh biarpun bawa carrier seberat apapun. Kangen sama pundungnya Adam kalo dicengin abis-abisan. Kangen sama Ncek yang masih kaya anak kecil padahal dia ketua suku. Kangen sama Caleuy yang makannya banyak banget.
Engga tau kenapa tiba-tiba di Kandang Badak ini gw inget sama mereka. Gw kangen banget sama mereka. Dan gw sempet meneteskan air dari sudut mata gw. Gw berharap gw masih bisa mendaki bersama mereka. Mungkin waktu gw bersama mereka udah abis. Kaya rokok yang sedang gw hisap ini. Satu persatu kenangan itu masuk ke dalam hati gw, berputar lagi dalam otak gw. Bersama angin yang berhembus, gw bawa semua itu ke dalam mimpi gw.
Komentar
Posting Komentar