Sudah lama
rasanya engga menulis di blog ini, memang tadinya ada niatan untuk meninggalkan
blog ini dan pindah nulis di tumblr. Tapi sayangnya tumblr sekarang di blok
sama pemerintah karena banyak berisi konten negatif nya -__- padahal mah
orangnya aja yang negatif itu mah
Oke cukup
bahas tumblrnya.
Sedikit cerita, sekarang ini gw sudah lulus kuliah. Udah agak lama
juga sih lulusnya tapi sampai sekarang gw belum berkesempatan
untuk kerja tetap di suatu tempat. Yaa kalo bahasa kerennya gw ini freelancer. Jadi gw ini biasanya kerja proyekan gitu jadi pilot drone untuk kegiatan pemetaan suatu kawasan. Mau hutan, perkebunan sawit, ataupun desa ya sama aja ahaha sikat aja semua. Selain di kegiatan pemetaan menggunakan drone, gw juga terdaftar sebagai fasilitator untuk kegiatan pertanian ataupun perkebunan organik.
untuk kerja tetap di suatu tempat. Yaa kalo bahasa kerennya gw ini freelancer. Jadi gw ini biasanya kerja proyekan gitu jadi pilot drone untuk kegiatan pemetaan suatu kawasan. Mau hutan, perkebunan sawit, ataupun desa ya sama aja ahaha sikat aja semua. Selain di kegiatan pemetaan menggunakan drone, gw juga terdaftar sebagai fasilitator untuk kegiatan pertanian ataupun perkebunan organik.
Yang mau gw ceritain sekarang itu kegiatan gw sebagai fasilitator
perkebunan organik. Jadi tugas gw itu mendampingin petani untuk menyiapkan
mereka agar siap untuk disertifikasi organik. Jadi kalo komoditasnya bisa dapet
sertifikasi organik diharapkan bisa membuka lebih lebar lagi peluang pasar
mereka, baik dalam skala nasional maupun internasional.
Jadi singkatnya gw dapet tugas sebagai fasilitator perkebunan organik
di desa Sajang. Desa Sajang ini berada di Kec. Sembalun. Lombok Timur. Sembalun
itu jalur pendakian ke Gunung Rinjani yang sekarang udah jadi salah satu
Geopark. Sebenernya ini bukan kali pertama gw datang ke Sajang ini. Sebelumnya
gw pernah ke desa ini juga pas bulan Februari. Sekarang ini merupakan kunjungan
kedua gw ke desa ini. Ibaratnya mah ini kaya pembinaan lanjutan gitu.
Secara umum desa Sajang ini merupakan desa yang terletak di kaki
gunung Rinjani, hampir keseluruhan warganya merupakan petani kopi. Iyaa, di
sini komoditas yang ingin disertifiaksi itu kopi. Desa nya masih asri banget,
masih banyak pohon-pohon dan kehidupan yang tenang. Berhubung desa ini letaknya
agak tinggi, cuacanya dan suhu di Sajang tuh sejuk banget. Enak deh buat bobo-bobo
cantikaaa ahaha. Untuk soal pemandangan jangan ditanya, di sini tuh bagus
banget pemandangannya. Apalagi kalo lagi sunset terus jalan-jalan naik motor
kena angin sepoi-sepoi. Sungguh aduhaii!
Singkat cerita, gw sampai di desa ini tanggal 3 April 2018. Awalnya
sampai di desa ini tuh warga-warga terutama bapak-bapak petani nya yang pas
kunjungan pertama di bulan Februari udah kenal sama gw kaget melihat gw
tiba-tiba ada di sini lagi. Mereka langsung menyambut gw, emang pas dari
kunjungan pertama mereka minta gw yang balik lagi kalo kunjungan kedua.
Alhamdulillah gw dikasih kesempatan untuk hadir di sini lagi saat kunjungan
kedua. Setelah ngbrol dikit sambil seruput kopi asli desa Sajang ini, gw
memutuskan untuk istirahat dulu sama bapak-bapak petani yang menyambut gw.
Maklum perjalanan dari Bogor sampai ke Sajang ini sedikit panjang apalagi gw
belum tidur dari kemarinnya.
Selama tinggal di desa ini, gw menempati rumahnya Pak Supaedi, biasa
di panggil pak Edi. Beliau ini merupakan ketua kelompok tani di sini. Beliau
punya anak namanya Wahyu (masih SMA), Yuni (masih SD), kalo nama istrinya gw ga
sempet nanya sih (karena gw manggilnya langsung ibu aja) dan ada juga Ruhin
(adik sepupunya pak Edi). Gw makan malem sama mereka dan semuanya menyambut gw
dengan sangat hangat di rumah mereka.
Setelah makan malam, gw memaparkan maksud dan tujuan dari kedatangan
gw di kunjungan kedua ini pada pak Edi. Juga menanyakan bagaimana progres dari
sejak kunjungan pertama sampai kunjungan kedua ini. Ternyata banyak juga yang
sudah dikerjakan oleh bapak-bapak petani di sini. Mereka punya senagat yang
luar biasa untuk ikut program perkebunan organik ini. Syukurlah kalo petaninya
semangat, gw pun jadi ikut semangat.
Malam hari datang menghampiri, sumpah gw bener bener betah banget di
sini. Gw suka banget duduk di Beruga. Oh iya, salah khas sini tuh adanya
Beruga, jadi Beruga itu bentukannya kaya saung, balai gitu. Orang-orang Lombok
itu biasanya punya Beruga di depan rumahnya, berfungsi sebagai tempat menerima
tamu. Engga semua rumah punya satu Beruga, kalo di Desa Sajang ini ada satu
Beruga yang besar yang berada di tengah-tengah desa. Jadi bisa dijadikan untuk
tempat berkumpul dan bersosialisai antar warga. Jadi kehidupan sosial di sini
tuh berjalan dengan harmonis loh ahaha ga ada tuh yang ngumpul di Beruga sambil
main mobailejen.
Gw duduk di Beruga, minum secangkir kopi, sebatang rokok terselip di
antara jemari sambil liat langit malam ini. Waaah luar biasa, gw sangat
bersyukur gw masih bisa menikmati momen seperti ini dalam pekerjaan. Gw kerja
loh ini, bukan liburan. Bintang-bintang bertaburan di atas sana kaya meses yang
jadi toping es kepal milo yang lagi viral itu. Sumpah gw sih giung banget deh
liat es milo itu. Giung ga sih menurut lu? *sorry nyimpang dikit
Banyaknya bintang di langit sama kaya banyaknya pertanyaan-pertanyaan
dalam hati gw. Pertanyaan-pertanyaan tentang hidup ini, tentang arti sebuah
kebahagiaan dan masa depan. Melamun dan memandangi banyaknya bintang-bintang di
langit itu, berharap di antara bintang-bintang tersebut nyelip satu bintang
yang berisikan kunci jawaban kegundahan hati ini.
Gw matiin rokok, dan beranjak masuk kedalam karena malam sudah
terlampau larut. Sambil menetapkan dalam hati gw, bahwa ada suatu alasan kenapa
gw di kirim oleh Tuhan ke sini, karena Tuhan adalah sutradara terbaik dalam
hidup ini.
Oh iya satu hal lagi
Gw lupa cangkir bekas ngopi ga dibawa masuk, ada di Beruga
*baca kelanjutannya yah cerita cangkir kopi yang ketinggalan tadi
Komentar
Posting Komentar