Langsung ke konten utama

Catatan Pendakian Gunung Sumbing (3373 mdpl) 30-31 Juli 2013 - Part 1

Halo semuanya, saat ini gw mau cerita pendakian gw yang baru aja kemarin gw lakukan terus untuk cerita PPEH nya gw pending dulu yaa haha. Lu pada pasti pernah dong ya ngelewatin masa TK atau pun SD. Dulu, pas di suruh gambar, rata-rata dan biasanya kita itu menggambar 2 buah segitiga sebagai gunung, dengan lingkaran di tengahnya untuk matahari dan di bawahnya kita menarik garis lurus 2 buah itu jalan raya. Pasti deh itu gambar andalan saat kita masih TK atau SD.

Gambar yang kita buat itu mungkin terinspirasi dari dua gunung di Jawa Tengah, yaitu Sindoro (3351 mdpl) dan gunung Sumbing (3373 mdpl) yang jaraknya berdekatan dan hanya di batasi oleh jalan raya di kaki-kaki gunung  tersebut. Bener-bener mirip dengan gambar yang dulu sering kita buat. Sebelumnya, pada tahun 2009 gw pernah mendaki Sindoro bareng sama Gio, dan gagal mendaki Sumbing saat itu. Dan sekarang bersama teman-teman dari fahutan gw berkesempatan membayar “hutang” gw terhadap Sumbing hehe

Selasa, 30 Juli 2013

Selepas sahur di rumah Arya kita pun packing barang-barang kita. Untuk pendakian ini kita berjumlah 6 orang. Ada Gw, Girin, Arya, Agna, Bagus “Inyong”, dan Rayendra yang merupakan temannya Arya. Kita packing masih belum tanpa tenda soalnya tenda masih ada di Rendra. Nanti kita bakalan mampir di kontrakan Rendra.
Kiri ke Kanan : Arya, Gw, Agna, Bagus, Girin. Sebelum berangkat
Tepat jam 6 pagi kami pun berangkat dari rumah Arya menuju kontrakan Rendra. Baru berjalan sekitar 5 menit ternyata sudah ada masalah. Ban motor yang gw pake sama Girin ternyata bocor. Heeem semoga ini bukan pertanda apa-apa. Untungnya ga perlu waktu lama kami pun menemukan tukang tambal ban. Perjalanan kami lanjutkan menuju kontrakan Rendra.


Jam 8 pagi kita sampai di kontrakan Rendra, langsung packing ulang dengan kehadiran tenda di antara kita ahaha. Beres packing, kita langsung berangkat dan ternyata gantian motor yang di pake Arya sama Agna yang bocor. Kita pun menunggu lagi. Sekalian menunggu kami pun belanja berbagai keperluan yang masih kurang di sebuah toko.

Kali ini kita menunggu agak lama dan setelah beres kami pun langsung berangkat, semoga 2 kali ban bocor bukan suatu pertanda akan adanya bahaya dari perjalanan kami ini. Setelah menmpuh perjalanan selama kurang lebih 2 jam perjalanan kami pun tiba di basecamp pendakian Gunung Sumbing yang berada di Desa Garung. Tahun 2009 gw pernah kesini dan hanya memandangi gunung Sumbing dari kejauhan. Kali ini Insya Allah kaki gw akan berpijak di puncaknya amiiin.

Gw sama Girin depan Basecamp pendakian
Kiri ke kanan : Arya, Rendra, Agna, Girin, Gw (belakang), Bagus. Di dalam Basecamp
Di basecamp pendakian Sumbing ini bersih banget dan luas. Kita bisa nginep di sini dan kamar mandinya banyak. Di sini kita bayar tiket untuk pendakian dan bayar retribusi kebersihan dan air. Di basecamp ini juga kita bakalan dapet peta kasar jalur pendakian. Jalur pendakian Garung ini memiliki 2 jalur, yaitu jalur lama dan jalur baru. Berdiskusi singkat, kami pun memutuskan menggunakan jalur baru untuk naik dan turun nanti menggunakan jalur lama.

10.23 WIB kami sudah melangkah meninggalkan basecamp. Yooop welcome to the wildlife ahaha. Sudah lama gw engga merasakan sebuah sensasi aneh yag bergejolak dalam diri gw. Sebuah perasaan dimana senang, takut, waswas, ngeri, berharap menjadi satu. Bercampur aduk dalam hati gw. Maklum pendakian jauh terakhir gw itu pas gw mendaki Semeru tahun 2012 dan sampai sekarang gw lebih sering mendaki gunung Gede yang udah berkali-kali gw daki.

Kita trekking menuju desa awalnya, jalannya pertama aspal dan akhirnya menjadi jalanan batu-batuan di susun rapi. Dari basecamp tinggal lurus terus sampai akhirnya kita tiba di sebuah pertigaan yang dimana kalo kita lurus masuk jalur lama dan belok kanan masuk ke jalur baru. Kami pun berbelok ke kanan. Gw rasa jalur lama sama jalur baru itu hanya beda punggungan aja deh.

Sekitar 30 menit jalan kami pun memasuki kawasan ladang, jalannya masih lebar dan berbatu dan panaaaas luar biasa, ga ada tutupan tajuk yang menghalangi sinar matahari. Ketahanan kami di uji di sini. Akhirnya jalan lebar pun menyempit menjadi jalan setapak dan banyak percabangan karena masih di ladang, tapi jangan takut karena banyak petunjuk arah yang terpasang yang menunjukan jalur pendakian.


Trek awal pendakian melewati ladang warga

Setelah berjalan 1 jam setengah kami pun tiba di pos satu. Pukul 12.10 kami sudah di pos satu dan ladang nya sudah mulai berganti dengan ilalang di kanan dan kiri kami. Sebelum pos satu, ada sebuah sungai kecil yang mengalir. Dari sungai itu kita bisa mengambil persedian air terakhir, karena sampai puncak nanti ga ada sumber air lagi. Jarak dari sungai ke pos satu hanya lima menit. Di pos satu ini bisa di gunakan untuk mendirikan tenda sebanyak 2 tenda dengan kapasitas 5 orang.

Kami istirahat agak lama di pos 1 ini karena lelah dan panas yang kami terima di jalur ladang tadi. Maklum puasa ahaha. Istirahat dan salat beres kami pun langsung menuju pos 2. Dari pos 1 menuju pos 2 jalurnya lumayan menanjak, kemiringannya 30 sampai 45 derajat dengan tanahnya kaya tanah liat gitu, terus ganti menjadi tanah berpasir dan sedikit bebatuan. Sudah mulai kelelahan di perjalanan menuju pos 2 ini. Mungkin karena panas yang menyengat.


Istirahat di pos 1
Di tengah perjalanan menuju pos 2 gw sama Girin sempat berpikir kenapa kita mau gini-ginian, panas-panasan di saat yang lain berpuasa dan ngapain naik gunung saat yang lain berlibur bersama keluarga mereka di rumah ahaha. Sindrom penyesalan telah menghinggapi gw sama Girin ahaha. Di depan Arya memimpin jalan di susul sama Agna dan bagus. Di belakangnya ada gw sama Girin agak terpisah dan rendra sebagai sweeper ahaha.

Pukul 14.11 kami tiba di pos 2, di pos 2 ini ada sebuah bangunan semi permanen yang didirikan. Lumayan untuk berteduh dan di pos 2 ini bisa cukup untuk 3 tenda sekaligus. Istirahat agak lama lagi kami di sini. Engga tau kenapa gw bener-bener ngerasa cape banget pendakian ini. Mungkin karena efek puasa dan sudah lama engga mendaki gunung ahaha alibi terus :p

Mulai lelah ahaha
Perjalanan kami lanjutkan menuju Pestan, Pasar Setan yang merupakan pos 3 dan pertemuan antara jalur baru dan jalur lama Garung. 2 jam perjalan dari pos 2 kalo baca dari literature mah tapi pada kenyataannya hamper 3 jam kami baru sampai di Pestan ahaha slow parah kita jalannya, puncak Sumbing engga akan kemana lagian selama perjalanan itu pemandangannya keren banget.

Pemandangan sehabis pos 2
Trek menuju Pestan
Istirahat dulu kakaaak ahaha
Pestan, sebuah tempat yg agak datar dan terbuka dan langsung menghadap ke gunung Sindoro yang ada di depannya. Pas banget pemandangannya juga menuju arah barat sehingga kami  bisa menikmati sunset dari sini dan alhamdulillahnya cuaca hari ini cerah. Karena Pestan ini sudah berada di ketinggian (pas nya berapa gw lupa) dan terbuka otomatis angin yang berhembus di sini pun kencang banget dan di bawah kaki kita terhampar awan-awan yang menggulung yang menutupi desa Garung. Sebuah negeri di atas awan.

Kami pun memutuskan untuk berbuka puasa di sini, di Pestan sambil menikmati suguhan alam yang sungguh luar biasa. 











Bersambung . . . 

Komentar

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

Latihan Pertama

Minggu sore, gw akhirnya memutuskan untuk bergabung dengan komunitas PARKOUR Bogor. wahahaha apalagi nih parkour? oke parkour adalah : "sebuah seni bergerak dan metode latihan natural yang bertujuan untuk membantu manusia bergerak dengan cepat, efisien, dan halus dengan hanya menggunakan tubuhnya untuk beradaptasi terhadap rintangan yang ada di lingkungannya.” dikutip dari bukansekedarloncatloncat.tumblr.com mungkin sebagian teman teman ada yang belum tau tentang parkour atau ga tau parkour itu kaya gimana. pernah nonton film "Yamakasi" atau "D-13" ga? tuh yang kaya gitu tu parkour teh. kalo ga pernah nonton filmya buka youtube aja deh yaa. hahaha dari film dan video yang bisa teman teman cari dan akhirnya

Pendakian Gn. Gede, 18 - 20 Mei 2012

Ketua Pendakian              : Tegar P.K /Lele/SS-880337-BK Anggota Pendakian         : 1. Prima (Donny)/Estep/SS-880329-BK 2. Denny R/Tonkhi/SS-880331 3. Amanda (Manda)/Lunidus/SS-880332-BK 4. Fadlia Pari/Docin/SS-880333-BK 5. Adam D/Kadek/SS-880339-BK 6. Iftikhor F (Ihor)/Mili/SS-880341-LF Prolog                 Setelah sekian lama gw ga pernah naik bareng sama anak anak PPRPG (Perhimpunan Penempuh Rimba Pendaki Gunung) Satya Soedirman, organisasi gw saat gw pas SMA, tepatnya tanggal 18 – 20 Mei 2012 kemarin kita naik bareng lagi. Heeem terakhir naik sama mereka, khususnya anak anak angkatan gw (Banyu Karikil) itu pas kita bareng bareng ke Ciremai. Tepatnya 2 tahun yang lalu. Sayaangnya, pendakian kali ini kita belum di kasih kesempatan untuk mendaki gunung seangkatan lagi. Meskipun ga seangkatan, seengganya pendakian kali ini bisa menjadikan obat penawar rindu gw nn’ Gw                                  Doni Deni                          Adam

Senandung Pagi Dewi Anjani

Halo semua, sudah lama ternyata gw engga nulis kelanjutan cerita pas kegiatan di Lombok, tepatnya desa Sajang. Tulisan ini bukan sambungan dari cerita sebelumnya. Ini merupakan cerita kunjungan gw, Ginanjar, Kak Lola, Apel, Kang Iqbal dan Zahra ke Lombok dalam rangka jadi relawan. Jadi relawan? Mungkin beberapa orang bakalan berpikir ko baru sekarang jadi relawannya? Yaa untuk berbuat baik engga ada kata telat toh. Selain itu, kita ke sini untuk membantu mengembalikan semangat anak-anak dan petani kopi di Desa Sajang ini. Sedikit cerita, jadi tim kami ini sudah berada di Lombok dari tanggal 16 dan memulai kegiatan tanggal 17 ke Lombok Utara dan selanjutnya kegiatan kami berfokus di daerah Sembalun, Kabupaten Lombok Timur. Gw sendiri baru merapat ke Lombok pada tanggal 22 Oktober 2018. Oh iya tim kami ini ada Ginanjar, mahasiswa dari Jogja yang sebelumnya memang sudah jadi relawan di Lombok ini ketika gempa mengguncang. Ada juga sepasang suami istri yang sangat mengisnpir