Langsung ke konten utama

Jangan Sekali-kali Meninggalkan Sejarah

Perhimpunan Penempuh Rimba Pendaki Gunung Satya Soedirman atau biasa disingkat PPRPG Satya Soedirman. Nama yang menurut saya sangat gagah. Bagaimana tidak gagah, orang-orang yang biasa menempuh rimba dan mendaki gunung selalu identic dengan orang-orang yang kuat. Di tambah dengan kata Soedirman, seorang jenderal besar bagi bangsa ini, siapa yang tidak tahu kisah perjuangan Jenderal Soedirman.

Nama PPRPG Satya Soedirman ini merupakan nama yang amat sangat saya banggakan di kehidupan sehari-hari saya. Bangga karena saya adalah salah satu anggota nya. Saya anggota PPRPG Satya Soedirman angkatan 29 Banyu Karikil dengan nama lapang Lele. Saya lulus menjadi anggota setelah melewati serangkaian proses yang panjang. Memang tidak mudah menjadi bagian dari keluarga besar PPRPG Satya Soedirman.

Suatu hari, sekitar seminggu yang lalu ditengah hiruk-pikuknya kegiatan di kampus, saya mendapatkan selentingan kabar yang membuat saya cukup terkejut.
Isi kabar tersebut menyebutkan bahwa PPRPG Satya Soedirman akan segera dibubarkan. Kabar tersebut saya dapatkan dari seorang teman saya yang bukan anggota PPRPG Satya Soedirman. Saya pun langsung mengecek kabar tersebut pada adik-adik saya yang merupakan anggota aktif. Dari adik saya, kenyataannya PPRPG Satya Soedirman tidak akan dibubarkan, tetapi akan diganti namanya menjadi PLASMA (mungkin artinya pecinta alam SMA 1). Sungguh sangat mengejutkan.

PPRPG Satya Soedirman merupakan salah satu kegiatan ekstrakulikuler yang berada di bawah naungan SMA Negeri 1 Kota Bogor. Ekstrakulikuler yang mewadahi siswa-siswinya untuk mengenal kegiatan  alam bebas. Bisa dikatakan ini adalah pecinta alam, namun kami menolak menyebut diri kami pecinta alam. Kami ini adalah PERHIMPUNAN PENEMPUH RIMBA DAN PENDAKI GUNUNG. Ekstrakulikuler ini didirikan pada tanggal 8 Agustus 1980, yang otomatis saat ini usianya telah mencapai 33 tahun. Dari usia tersebut, jelas bahwa PPRPG SS merupakan “pecinta alam” yang tertua dibandingkan dengan kegiatan sejenisnya untuk tingkat SMA.

33 tahun bukanlah waktu yang singkat, oleh karena itu saya rasa untuk mengganti nama begitu saja merupakan sebuah keputusan yang sangat tidak bijaksana. Terlebih keputusan tersebut diambil begitu saja oleh orang yang tidak pernah benar-benar mengenal “kami”. Saya yakin bahwa seluruh anggota perhimpunan ini sependapat dengan saya. Bahkan orang-orang diluar sana, yang pernah bergelut disebuah perhimpunan baik yang sejenis atau tidak, akan berpendapat sama seperti saya.

Untuk merubah nama dari sebuah perhimpunan, organisasi, perkumpulan atau apapun sebutannya membutuhkan serangkain proses untuk dilalui. Tidak bisa begitu saja merubahnya semudah menuliskan nama barunya di atas kertas dan dilakukan secara pribadi. Biasanya dibutuhkan sebuah musyawarah yang setidaknya dihadiri oleh dua pertiga dari jumlah anggota. Mengganti begitu saja sama seperti melakukan pengkhianatan terhadap sejarah yang telah dilalui oleh perhimpunan kami ini. Pengkhianatan terhadap sejarah yang kami ukir selama 33 tahun terakhir. PPRPG Satya Soedirman memiliki sejarah dan nama yang besar diantara kalangan penggiat alam bebas di Kota Bogor.

Dalam sejarahnya, perhimpunan kami ini memang pernah melalukan perubahan nama. Pada awal berdirinya, nama perhimpunan ini adalah PPRPG Soedirman. Kata Satya ditambahkan atas penghargaan untuk salah satu dari 6 pendiri kami yang wafat saat menjalankan tugas, Alm. Satyawan. Alasan kami saat itu sangat jelas mengapa kami melakukan perubahan dengan menambahkan kata Satya di depan kata Soedirman. Untuk saat ini, pihak yang ingin mengganti nama perhimpunan merupakan orang yang sama sekali tidak mengerti arti nama ini untuk kami para anggota perhimpunan.

PPRPG SS memang berada dalam naungan SMA Negeri 1 Kota Bogor, tapi tidak serta merta dengan pergantian Pembina, nama kami bisa diubah begitu saja. Saya rasa, kami para anggota PPRPG SS mempunyai hak untuk dilibatkan dalam hal ini. Karena ini menyangkut dengan identitas dan sejarah yang telah dilalui. Soekarno pernah berkata “JAS MERAH” yang artinya jangan sekali-kali meninggalkan sejarah. Bahkan ada ungkapan “bangsa yang besar adalah bangsa yang tidak lupa akan sejarahnya”.

PPRPG Satya Soedirman jelas merefleksikan perjalanan yang telah kami lewati selama 33 tahun  dan PLASMA jelas hanyalah sebuah nama tanpa arti untuk kami.

Terkait dengan keterlibatan kami, terutama untuk para anggota yang telah lulus dari SMA Negeri 1 pun dilarang untuk mengikuti kegiatan perhimpunan ini. Larangan ini datang dari pihak yang sama. Kami, para anggota yang telah lulus dianggap menyetir kegiatan adik-adik kami yang masih berstatus pelajar di SMA 1 Bogor. Kami dianggap sebagai senior yang superior dan menjalankan sebuah sistem dengan berdasarkan tingkatan atau senioritas.

Sebuah anggapan yang salah dan datang dari orang yang tidak mengenal kami. Saya tidak pernah merasakan adanya senioritas di perhimpunan ini, dan saya tidak pernah merasa disetir oleh kakak-kakak saya di PPRPG SS pada saat saya masih bersekolah di SMA 1 Bogor. Justru yang saya rasakan adalah sebuah bentuk kepedulian dari kakak-kakak saya, bukan “menyetir” karena mereka ingin saya bisa menjadi orang yang lebih baik sesuai dengan motto perhimpunan ini “Kami memang bukan yang terbaik, tapi kami berusaha menjadi yang lebih baik”.

Perhimpunan kami ini berasaskan kekeluargaan, di perhimpunan ini saya pribadi tidak pernah mengganggap orang yang usianya lebih tua dari saya itu adalah senior saya. Saya selalu mengganggap mereka adalah seorang kakak dan yang usianya dibawah saya adalah adik saya. Mungkin berlebihan tapi itu adalah sesuatu yang sudah sangat umum untuk perhimpunan lain yang sejenis.

Tadi saya telah mengatakan keterlibatan kami para anggota yang telah lulus adalah bentuk kepedulian kami terhadap adik-adik kami. Kami tidak ingin adik-adik kami sia-sia ketika mereka masuk ke perhimpunan ini menjadi bagian dari keluarga kami. Sehingga kami merasa wajib untuk mendampingi, mengawasi dan mengkoreksi ketika ada yang salah dari setiap kegiatan perhimpunan ini. Cara yang kami lalukan bisa berupa cara yang lembut dan cara yang tegas. Layaknya sebuah keluarga tentu ada kelembutan seorang ibu dan ketegasan seorang ayah.

Keterlibatan kami pun bukan hanya sekedar menyampaikan materi yang berkaitan dengan berkegiatan alam bebas. Jika hanya untuk materi-materi seperti itu banyak orang lain yang menguasai. Kehadiran kami disini juga menanamkan nilai-nilai yang penting untuk kehidupan. Nilai-nilai seperti etika, semangat, kekeluargaan, kebersamaan dan banyak lagi yang kami berikan dan kami terima. Masa SMA adalah masa transisi untuk seseorang, oleh karena itu kami berusaha menanamkan nilai-nilai dan pengalaman positif kepada adik-adik kami karena sesungguhnya PPRPG SS adalah tempat untuk membentuk karakter anggotanya.

Jika kami, anggota yang telah lulus dari SMA 1 Bogor ini dilarang untuk terlibat dalam kegiatan yang dilakukan, apakah ada jaminan adik-adik kami yang kelas 3 SMA yang berbeda setahun atau dua tahun dengan adik adik mereka itu sudah bisa menanamkan nilai-nilai positif yang telah saya sebutkan di atas? Sampai saat ini pun saya yang sudah kuliah semester 5 masih merasa belum menjadi kakak yang baik dan masih membutuhkan bimbingan dan belajar dari kakak-kakak saya yang telah menjalani keanggotan lebih dulu dari saya. Sekali lagi kami tekankan bahwa kami tidak bermaksud untuk menyetir adik-adik kami, kami hanya ingin adik-adik kami siap menghadapi kehidupan selepas SMA dan menjadi orang yang berkarakter lebih baik.

Keterlibatan kami berangkat dari kepedulian sehingga kami berusaha menanamkan nilai-nilai positif. Apakah itu merupakan sesuatu yang harus dilarang? Selain itu, kami ikut terlibat di setiap kegiatan yang diadakan oleh adik-adik kami karena kami ingin menyambung tali silaturahmi. Menyambungkan setiap mata rantai generasi serta menghapuskan kata senioritas dari perhimpunan ini. Keterlibatan kami ini untuk menciptakan keharmonisan di antara kakak dan adik. Apakah itu sesuatu yang buruk yang harus dihapuskan? Sepengetahuan saya, dalam setiap agama apapun yang ada di dunia ini, sesama manusia itu diharuskan menjalin tali silaturahmi sebanyak-banyaknya. Koreksi saya jika saya salah.

Tulisan ini saya buat hanya untuk menyalurkan pemikiran dan pendapat saya mengenai permasalah yang sedang terjadi di PPRPG SS tanpa bermaksud menyudutkan satu pihak tertentu. Terimakasih untuk kalian yang telah membaca tulisan ini.


Tegar Patidjaya K / Lele / SS-880337-BK

Komentar

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

Latihan Pertama

Minggu sore, gw akhirnya memutuskan untuk bergabung dengan komunitas PARKOUR Bogor. wahahaha apalagi nih parkour? oke parkour adalah : "sebuah seni bergerak dan metode latihan natural yang bertujuan untuk membantu manusia bergerak dengan cepat, efisien, dan halus dengan hanya menggunakan tubuhnya untuk beradaptasi terhadap rintangan yang ada di lingkungannya.” dikutip dari bukansekedarloncatloncat.tumblr.com mungkin sebagian teman teman ada yang belum tau tentang parkour atau ga tau parkour itu kaya gimana. pernah nonton film "Yamakasi" atau "D-13" ga? tuh yang kaya gitu tu parkour teh. kalo ga pernah nonton filmya buka youtube aja deh yaa. hahaha dari film dan video yang bisa teman teman cari dan akhirnya

Pendakian Gn. Gede, 18 - 20 Mei 2012

Ketua Pendakian              : Tegar P.K /Lele/SS-880337-BK Anggota Pendakian         : 1. Prima (Donny)/Estep/SS-880329-BK 2. Denny R/Tonkhi/SS-880331 3. Amanda (Manda)/Lunidus/SS-880332-BK 4. Fadlia Pari/Docin/SS-880333-BK 5. Adam D/Kadek/SS-880339-BK 6. Iftikhor F (Ihor)/Mili/SS-880341-LF Prolog                 Setelah sekian lama gw ga pernah naik bareng sama anak anak PPRPG (Perhimpunan Penempuh Rimba Pendaki Gunung) Satya Soedirman, organisasi gw saat gw pas SMA, tepatnya tanggal 18 – 20 Mei 2012 kemarin kita naik bareng lagi. Heeem terakhir naik sama mereka, khususnya anak anak angkatan gw (Banyu Karikil) itu pas kita bareng bareng ke Ciremai. Tepatnya 2 tahun yang lalu. Sayaangnya, pendakian kali ini kita belum di kasih kesempatan untuk mendaki gunung seangkatan lagi. Meskipun ga seangkatan, seengganya pendakian kali ini bisa menjadikan obat penawar rindu gw nn’ Gw                                  Doni Deni                          Adam

Senandung Pagi Dewi Anjani

Halo semua, sudah lama ternyata gw engga nulis kelanjutan cerita pas kegiatan di Lombok, tepatnya desa Sajang. Tulisan ini bukan sambungan dari cerita sebelumnya. Ini merupakan cerita kunjungan gw, Ginanjar, Kak Lola, Apel, Kang Iqbal dan Zahra ke Lombok dalam rangka jadi relawan. Jadi relawan? Mungkin beberapa orang bakalan berpikir ko baru sekarang jadi relawannya? Yaa untuk berbuat baik engga ada kata telat toh. Selain itu, kita ke sini untuk membantu mengembalikan semangat anak-anak dan petani kopi di Desa Sajang ini. Sedikit cerita, jadi tim kami ini sudah berada di Lombok dari tanggal 16 dan memulai kegiatan tanggal 17 ke Lombok Utara dan selanjutnya kegiatan kami berfokus di daerah Sembalun, Kabupaten Lombok Timur. Gw sendiri baru merapat ke Lombok pada tanggal 22 Oktober 2018. Oh iya tim kami ini ada Ginanjar, mahasiswa dari Jogja yang sebelumnya memang sudah jadi relawan di Lombok ini ketika gempa mengguncang. Ada juga sepasang suami istri yang sangat mengisnpir