Langsung ke konten utama

Sebuah Perkerjaan, Sebuah Perjalanan : Bagian 4. Sebuah Anugerah


Sebuah Anugerah

Sudah lama juga engga meneruskan tulisan ini. Ada beberapa hal yang mesti gw lakukan juga sebenernya ahaha alasen aja sih sebenernya mah. Gw coba untuk meneruskan cerita ini lagi. Cerita saat gw ke Lombok, Desa Sajang tepatnya. Salah satu desa yang pada saat bulan Agustus kemarin terkena musibah gempa (sedih banget) nanti ada bagian khusus yang menceritakan itu. Biarkan gw menulis lanjutan cerita ini dulu.

Masih terbangun dan senantiasa menikmati pagi yang indah di kaki gunung Rinjani, membuat gw selalu suka untuk bangun pagi di sini. Kalo pas di Bogor sih bangun pagi juga (:p) tapi ga sesenang di sini. Berada di kaki gunung Rinjani yang merupakan salah satu Taman Nasional di Indonesia dan baru baru ini dinobatkan sebagai sebuah kawasan Geopark oleh UNESCO, memberikan sebuah potensi yang luar biasa untuk desa Sajang ini terutama potensi untuk menjadi sebuah kawasan wisata berbasis perkebunan. Isitilahnya sih Agroedutourism ahaha keren gaa?

Berhubung gw lulusan dari Fahutan IPB dengan departemen Konservasi Sumberdaya Hutan dan Ekowisata, ada beberapa hal yang pernah gw pelajari mengenai wisata, terutama ekowisata dan memang akhir-akhir ini bisnis ekowisata, trip operator dll nya lagi hits dan rame banget. Membuat gw tergerak untuk ngomporin pemuda-pemuda sini untuk membangun desa mereka melalui wisata. Sayang banget kalo desa ini yang bergerak hanya bapak-bapaknya membangun perkebunan kopi tapi pemuda-pemudanya pada pergi ke kota meninggalkan desa mereka


Berhubung gw mau lihat potensi yang ada di sini, gw sekalian deh jalan-jalan dikit ke Bukit Pergasingan. Salah satu bukit yang masih berada di deket desa Sajang, berseberangan langsung dengan Gunung Rinjani. Sedih juga sebenernya ada di desa deket sama Rinjani tapi belum dikasih kesempatan naik ke gunung Rinjaninya. Padahal Rinjani merupakan salah satu gunung yang gw cita-citakan untuk dikunjungi. Allah pasti punya sebuah alasan kenapa gw belum dikasih kesempatan buat naik ke sana.

Balik lagi ke Bukit Pergasingan, adalah Ruhin yang semangat banget buat ngajak gw main ke sana. Akhirnya pas tanggal 11 April 2018, gw memutuskan untuk berangkat ke Bukit Pergasingan sore hari dianter sama Ruhin, Odax dan Obet ahaha Namanya unik tapi sumpah Odax dan Obet baik banget. Buat alat-alat yang bakalan di pakai kemping di Bukit Pergasingan disiapkan semua oleh mereka, jadi gw tinggal bawa badan aja karena emang dari Bogor gw engga bawa alat-alat begituan. Berangkatlah kita sekitar jam 4 sore.

Perjalanan kita mulai dari desa Sajang pakai motor, jaraknya cuma 10 menit dari Desa Sajang untuk sampai lokasi penitipan motor di Bukit Pergasingan. Bukit Pergasingan ini rupanya sudah dikelola oleh masyarakat sekitar sana, tapi engga kaya di Jawa yang ketika sebuah tempat wisata dikeola langsung banyak pungli dan lala lala nyaa. Di sini tuh engga kaya gitu, bahkan dengan adanya mereka yang mengelola jadi turut membantu para tamu juga kalo ada kejadian-kejadian yang tidak diinginkan. Naro motor di penitipan, kita pun melanjutkan perjalanan dengan jalan kaki (yaiyalah, emangnya mau naik delman apa).

Ada sebuah perasaan takut dalam hati gw sebenarnya ketika akan kemping ke Bukit Pergasingan ini. Gw emang seorang anggota katakan lah pecinta alam, biarpun Namanya engga ada embel-embel pecinta alamnya. Ketakutan gw berasal dari kondisi fisik gw yang udah engga kaya dulu, sekarang gw kan udah punya penyakit diabetes. Pengalaman terakhir naik gunung pas gw diabetes itu bener-bener biking gw takut. Meskipun ini cuma “bukit” tapi jangan kira gampang -__- tracknya itu loh luar biasa.

Di awal track kita bakal disambut sama tangga, iya tangga beneran dan curam sekitar 200 meter. Bukan lumayan lagi sih, kaki baru awal udah dihajar sama tanjakan begitu ahaha sebeeeel. Mau dikata apa juga mau engga mau ya harus nanjak, kalo turun mah ke pantai buka ke gunung atau bukit. Kita baru mulai pendakian ini malem, tepatnya setelah magrib. Sepanjang perjalanan jangan harap bakalan ketemu sama Chelsea Islan ataupun ketemu sama bonus. Tracknya itu satu punggungan full nanjak dengan elevasi dan kemiringan yang agak lumayan bikin kita bisa melatih kesabaran kita dengan baik.

Lama perjalanan dari bawah sampai puncak bukit Pergasingan itu sekitar dua jam dengan kecepatan siput ala gw. Selama dua jam tersebut untungnya gw terhibur dengan Odax dan Obet yang telfonan terus sama kekasih mereka. Iyaa di bukit Pergasingan ini sinyal masih ada, jadi buat temen-temen yang mau langsung update di medsos bisa tenang. Yang paling gw ingat dari mereka berdua itu ketika mereka bilang kata cinta. Nyebutnya tuh kaya Cyiiintaaaaah agak agak mendesah gitu. Geli deh pokoknya tapi lucu ahaha sampai sekarang nada tersebut masih terngiang ngiang di telinga gw ahaha. Terus Ruhin gimana? Ruhin engga telfonan, dia lagi bergelut sama tanjakan dan hatinya yang galau, jadi emang posisi Ruhin sekarang ini lagi galau hehe

Sampai di puncak Pergasingan, kita langsung mendirikan tenda dan masak makan malam. Sebuah hal yang sebenernya sederhana tapi sangat berharga, menikmati dingin malam dengan segelas kopi dan api unggun yang menyala memberikan semburat warna jingga. Langit malam itu bener-bener luar biasa. Bintang-bintang bersinar dengan terangnya, tanpa terganggu oleh sombongnya polusi cahaya  kota-kota besar. Tepat di bawah sana temaram lampu berkelip menambah suasana menjadi syahdu.

Udah jadi kebiasaan gw ketika kaya gini gw suka tidur terakhir, mencoba menikmati momen ini lebih lama. Duduk sendirian karena yang lain udah tidur membuat gw coba berkomunikasi dengan alam ciptaan-Nya, mencoba mendengarkan jawaban dari bintang, angin yang semilir menerpa tubuh, tanah bersih yang membentuk bukit ini. Alig? Mungkin iyaa

Menghirup udara bersih, terpukau oleh pertunjukan langit malam ini benar-benar membuat gw merasa kecil di alam semesta ini. Apa yang sudah gw berikan, apa yang sudah gw lakukan, kenapa gw dilahirkan? Apa tugas yang Tuhan berikan pada gw di dunia ini? Pertanyaan-pertanyaan itu nusuk nusuk di otak gw (biarpun otak gw kecil). Bahkan, gw kadang lupa bersyukur atas semua yang telah diberikan oleh-Nya pada gw. Terlalu banyak mengeluh dan menuntut. Padahal Tuhan telah memberikan anugerah yang luar biasa pada gw, gw masih diberikan kesempatan untuk berada di tempat seperti ini.

Kalo mau kilas balik, ternyata satu persatu mimpi dan impian gw telah jadi nyata, pelan-pelan. Hidup gw terus berkembang jadi lebih baik tapi gw ternyata tidak menyadarinya. Malam ini, alam sukses memberikan jawaban pada diri gw. Gw harus rajin-rajin bersyukur untuk hal-hal sekecil apapun. Tuhan telah menyadarkan gw dengan cara-Nya. Mungkin ini salah satu jawaban atas pertanyaan kenapa gw di kirimkan ke tempat ini. Dan gw yakin, masih ada alasan kenapa gw dikasih kesempatan untuk berkunjung kesini.

Beringsut masuk tenda karena udah terlalu pagi, sekitar jam 2 pagi kalo ga salah dan badan udah kerasa dingin banget, gw pun tidur dengan lelapnya. Pagi pagi bangun dan gw kembali takjub dengan alam ini. Kereen banget paginyaa. Jadi semangat bangun pagi deh ahaha kita pun bikin kopi dan sarapan sekedarnya karena emang rencananya kita engga akan sampai terlalu siang di sini. Mumpung ada di sini boleh kali yaah dikit foto foto hihi

Rinjani di seberang sana manggil-manggil

Kiri ke kanan (Obet, Odax, Gw)





Sekeping hati gw, gw simpan di bukit ini. Mungkin suatu saat nanti gw bakalan balik lagi buat ngambil. Kita engga akan pernah tau

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Latihan Pertama

Minggu sore, gw akhirnya memutuskan untuk bergabung dengan komunitas PARKOUR Bogor. wahahaha apalagi nih parkour? oke parkour adalah : "sebuah seni bergerak dan metode latihan natural yang bertujuan untuk membantu manusia bergerak dengan cepat, efisien, dan halus dengan hanya menggunakan tubuhnya untuk beradaptasi terhadap rintangan yang ada di lingkungannya.” dikutip dari bukansekedarloncatloncat.tumblr.com mungkin sebagian teman teman ada yang belum tau tentang parkour atau ga tau parkour itu kaya gimana. pernah nonton film "Yamakasi" atau "D-13" ga? tuh yang kaya gitu tu parkour teh. kalo ga pernah nonton filmya buka youtube aja deh yaa. hahaha dari film dan video yang bisa teman teman cari dan akhirnya

Pendakian Gn. Gede, 18 - 20 Mei 2012

Ketua Pendakian              : Tegar P.K /Lele/SS-880337-BK Anggota Pendakian         : 1. Prima (Donny)/Estep/SS-880329-BK 2. Denny R/Tonkhi/SS-880331 3. Amanda (Manda)/Lunidus/SS-880332-BK 4. Fadlia Pari/Docin/SS-880333-BK 5. Adam D/Kadek/SS-880339-BK 6. Iftikhor F (Ihor)/Mili/SS-880341-LF Prolog                 Setelah sekian lama gw ga pernah naik bareng sama anak anak PPRPG (Perhimpunan Penempuh Rimba Pendaki Gunung) Satya Soedirman, organisasi gw saat gw pas SMA, tepatnya tanggal 18 – 20 Mei 2012 kemarin kita naik bareng lagi. Heeem terakhir naik sama mereka, khususnya anak anak angkatan gw (Banyu Karikil) itu pas kita bareng bareng ke Ciremai. Tepatnya 2 tahun yang lalu. Sayaangnya, pendakian kali ini kita belum di kasih kesempatan untuk mendaki gunung seangkatan lagi. Meskipun ga seangkatan, seengganya pendakian kali ini bisa menjadikan obat penawar rindu gw nn’ Gw                                  Doni Deni                          Adam

Senandung Pagi Dewi Anjani

Halo semua, sudah lama ternyata gw engga nulis kelanjutan cerita pas kegiatan di Lombok, tepatnya desa Sajang. Tulisan ini bukan sambungan dari cerita sebelumnya. Ini merupakan cerita kunjungan gw, Ginanjar, Kak Lola, Apel, Kang Iqbal dan Zahra ke Lombok dalam rangka jadi relawan. Jadi relawan? Mungkin beberapa orang bakalan berpikir ko baru sekarang jadi relawannya? Yaa untuk berbuat baik engga ada kata telat toh. Selain itu, kita ke sini untuk membantu mengembalikan semangat anak-anak dan petani kopi di Desa Sajang ini. Sedikit cerita, jadi tim kami ini sudah berada di Lombok dari tanggal 16 dan memulai kegiatan tanggal 17 ke Lombok Utara dan selanjutnya kegiatan kami berfokus di daerah Sembalun, Kabupaten Lombok Timur. Gw sendiri baru merapat ke Lombok pada tanggal 22 Oktober 2018. Oh iya tim kami ini ada Ginanjar, mahasiswa dari Jogja yang sebelumnya memang sudah jadi relawan di Lombok ini ketika gempa mengguncang. Ada juga sepasang suami istri yang sangat mengisnpir