Langsung ke konten utama

Pendakian Gn. Gede, 18 - 20 Mei 2012


Ketua Pendakian              : Tegar P.K /Lele/SS-880337-BK
Anggota Pendakian         :
1. Prima (Donny)/Estep/SS-880329-BK
2. Denny R/Tonkhi/SS-880331
3. Amanda (Manda)/Lunidus/SS-880332-BK
4. Fadlia Pari/Docin/SS-880333-BK
5. Adam D/Kadek/SS-880339-BK
6. Iftikhor F (Ihor)/Mili/SS-880341-LF

Prolog


                Setelah sekian lama gw ga pernah naik bareng sama anak anak PPRPG (Perhimpunan Penempuh Rimba Pendaki Gunung) Satya Soedirman, organisasi gw saat gw pas SMA, tepatnya tanggal 18 – 20 Mei 2012 kemarin kita naik bareng lagi. Heeem terakhir naik sama mereka, khususnya anak anak angkatan gw (Banyu Karikil) itu pas kita bareng bareng ke Ciremai. Tepatnya 2 tahun yang lalu. Sayaangnya, pendakian kali ini kita belum di kasih kesempatan untuk mendaki gunung seangkatan lagi. Meskipun ga seangkatan, seengganya pendakian kali ini bisa menjadikan obat penawar rindu gw nn’

Gw                                  Doni
Deni                          Adam

Manda                         Pari
Ikhor


Kamis, 17 Mei 2012

                Sore menjelang magrib gw berangkat ke Selot (nama gang sebelah SMA 1 Bogor) yang biasa dijadiin tempat nongkrong anak anak SMANSA dan SPENSA (SMP Negeri Satu). Rencananya hari ini gw mau cek logistik dan bikin list barang. Ternyata agak susah ya mengkoordinasikan pendakian kalo sebelum-sebelumnya komunikasi cuma lewat sms. Singkatnya gw sampai di Selot, di sana udah ada Manda, Denny, Adam, Pari, Donny, Ncek. Setelah bertemu mereka gw langsung nanya barang-barang yg sebelumnya udah di list sama Donny. Setelah beres cek logistik kita ngbrol-ngbrol. Setelah dari Selot, gw, Denny, Manda, Ncek kerumah Denny dulu buat ambil tenda soalnya tenda tersebut bakalan dipacking sama si Ncek. Akhirnya sekitar pukul 23.00 WIB gw sampai di rumah dan langsung beristirahat.

Jumat, 18 Mei 2012

                Pagi hari. Gw terbangun agak siang tapi ga siang-siang banget, jadi masih bisa dikatakan masih pagi hee :D rutinitas saat pertama kali buka mata pasti langsung cari hp dan liat notifikasi yang tertera pada layar LCD hp. Pagi itu ada beberapa pesan yang masuk ke hp gw, jarkom dari temen kelas gw dan dari si Ncek. Satu persatu gw liat sms yang masuk, dan betapa kagetnya *duaaaar (ya lebay) saat baca sms dari Ncek.
Beneran kaget deh engga lebay juga. Ternyata Ncek ga jadi diijinkan sama orang tuanya untuk mendaki gunung kali ini dengan alasan kemarin pulang terlalu larut *syiiiitmeen. Masa iya H – beberapa jam Ncek membatalkan keikutsertaannya dalam pendakian -_-

                Karena Ncek ga jadi ikut, gw terpaksa pagi-pagi sekitar pukul 10.00 WIB ke rumahnya untuk ngambil barang-barang yang seharusnya di packing dan dibawa sama si Ncek ini. Sesampainya di rumah Ncek gw sempet ngbrol sama orang tuanya Ncek, ya basa-basi lah supaya Ncek bisa diijinin buat ikut pendakian. Tapi itu engga berhasil, orang tua Ncek tetep keukeuh engga mengijinkan Ncek ikut pendakian. Setelah ambil barang-barang di Ncek, gw langsung pulang ke rumah untuk packing.

                Gw packing  dengan amat sangat brutal karena banyak banget barang yang harus gw bawa dan kapasitas carrier 80L yang gw pake engga cukup, masih banyak barang yang belum masuk. Tapi tetep gw paksain, soalnya gw engga suka kalo naik gunung harus ada barang yang di gantung di luar carrier. Hari ini janjian di rumah Ikhor sebagai meeting point dan kita bakal berangkat dari rumah Ikhor di anterin. Sore setelah beres packing, langit pun turun mencurahkan berkahnya pada bumi agar manusia-manusia tidak mengalami kekeringan. Jadi aja gw agak ngaret berangkat ke rumah Ikhornya.

                Sekitar pukul  19.00 gw udah sampai di rumah Ikhor, dan di sana udah ada Denny, Manda, Pari, dan Ncek. Yang belum datang itu Doni dan Adam, mereka masih ada keperluan. Kita emang berencana untuk baerangkat itu sekita pukul 21.00, sambil nunggu yang lain, kita packing ulang membagikan barang barang bawaan agar beratnya merata antar individu. Ini yang seru kalo kita mau mendaki, saat kita udah kumpul bareng-bareng dan semua barang berantakan serta riweuh membagi-bagikan barang ini di bawa siapa itu di bawa siapa.

                Singkat cerita, Doni dan Adam udah datang dan kita semua udah beres packing. Saat nya untuk berangkat kawan! Berangkatlah kita menuju Cibodas, ke Green Ranger untuk ngambil simaksi (Surat Ijin Masuk Kawasan Konservasi) dan setelah itu kita berangkat ke Gn. Putri (salah satu jalur pendakian) dan baru esok harinya kita berangkat. Selama di jalan, kita becanda becanda terus, udah lama sejak terakhir kalinya kita naik bareng. Kalo engga salah, pendakian terakhir kita bareng-bareng itu pas kita naik gunung Ciremai sekitar 2 tahun yang lalu. Bisa di bayangkan betapa kita rindu akan mendaki bersama seperti ini.

                Sesampainya kita di Gn. Putri itu sekitar pukul 23.00, waktu itu kita langsung cari warung yang bisa menampung sekumpulan anak muda yang kurang kerjaan yang hobinya menyusahkan diri dengan naik gunung. Biasanya sih kalo di daerah jalur pendakian gunung kaya di Gn. Putri ini banyak banget warung-warung yang bisa disinggahi oleh para pendaki. Akhirnya dapatlah kita sebuah warung yang ada bale (sejenis dipan) untuk kita istirahat menunggu pagi datang. Sebelum kita istirahat, kita mesen beberapa gelas minuman hangat untuk menemani kita melalui malam di tengah suasana pedesaan yang damai.

Malam di desa Gn. Putri

Sabtu, 19 Mei 2012

                Ga kerasa hari sudah berganti, Manda, Pari, dan Ikhor pergi ke dalam bangunan yang punya warung untuk tidur, ternyata selain bale yang ada di depan warung, si pemilik warung menyediakan satu kamar khusus untuk para pendaki yang bermalam  di warung tersebut. Gw, Denny, Doni, dan Adam memilih untuk tetap tidur di bale meskipun udara dingin cukup menusuk tulang pada malam itu. Salah satu kebiasaan anak-anak SS sebelum tidur itu bercanda engga ada habis-habisnya sehingga kita itu bisa engga tidur semaleman. Kaya malam ini, kita itu baru tidur jam kurang lebih pukul 04.00 padahal kita semua tau kalo besok kita bakal mendaki ahahaha.

                Pagi hari pun menjelang, pagi ini cuaca cerah dan matahari bersinar dengan hangatnya, sehangat persaudaraan kami yang telah berjalan selama 4 tahun lebih. Kegiatan pagi ini di isi dengan sarapan dan siap siap untuk mendaki. Setelah sarapan dan pemanasan, kita pun mulai mendaki sekitar pukul 08.00 pagi dan rencana kami langsung menuju Alun-Alun Suryakencana.

                Untuk jalur pendakian gunung Gede via gunung Putri itu di jaga oleh volunteer, nama volunteer di jalur Gn. Putri adalah GPO (Gunung Putri Operation). Untuk saat ini peraturan yang di tetapkan itu sedikit ketat, seperti pendaki wajib memakai sepatu. Kalo teman-teman yang nekat naik gunung Gede pakai sandal dan lewat Gn. Putri, siap-siap aja deh ya kena semprot sama GPO. Untungnya kita dari SS dulu diajarin kalo naik gunung itu safety nya pakai sepatu, jadi untuk kita pakai sepatu tracking itu udah hal biasa.

                Ada yang lucu saat kita baru mulai pendakian, kira-kira baru 50 meter kaki kita melangkah dari pos GPO, Ikhor udah muntah. Padahal dulu itu Ikhor strong abis tapi ini pagi pagi udah muntah. Mungkin karena semalem masuk angin dan udah lama ga naik gunung kali ya. Manda dan Pari yang dulunya kalo jalan itu cepat, diawal pedakian ini pun terlihat kewalahan. Maklum Manda sudah tidak langsing seperti dahulu *ups maaf yan Man* dan Pari udah cuti naik gunung selama 2 tahun terakhir ini. Jadi amat sangat wajar mereka kewalahan.

                Jalur gunung Putri emang terkenal dengan tanjakannya yang tiada henti. Apalagi makin dekat dengan Alun-alun Suryakencana, itu bakalan makin terjal dan kalo engga kuat mental bakalan merasa sangat tersiksa dan frustasi dengan ada nya tipuan. Dimana seakan-akan sudah akan sampai, tapi ternyata masih ada tanjakan panjang yang menanti. Mungkin di kalangan pendaki yang pernah naik lewat jalur ini tau letak tipuannya dimana. Pokoknya setelah melewati pos Simpang Maleber, yang merupakan pos terakhir sebelum sampai di Alun-alun Suryakencana.

Sampai di Alun-Alun Timur

Biasanya, kalo seorang pendaki jalan konstan jarak tempuh jalur gunung Putri ini sekitar 5-6 jam perjalanan. Dan ternyata kita pendaki yang bisa di katakan telah menjadi macan ompong ini masih sanggup berjalan konstan. Sehingga pukul 13.07 kita udah sampai di Alun-alun Suryakencana. Alun-alun Suryakencana sendiri itu terbagi 2, yaitu Alun-alun Timur, yang merupakan alun-alun saat pertama kali kita keluar dari jalur gn. Putri dan Alun-alun Barat yang lebih dekat untuk mencapai puncak gunung Gede.

Di Alun-alun timur itu engga ada sumber air dan jarak ke Alun-alun Barat sekitar 30 menit berjalan konstan. Tapi jarak 30 menit itu bisa jadi sejam loh kalo kita bentar bentar foto. Soalnya emang view nya itu bagus banget. Apalagi kalo cerah, seperti siang ini cuacanya cerah. Kita cuma sesekali ambil foto selama jalan ke Alun-Alun Barat, agak buru-buru soalnya kita mau dapetin camp di deket cerukan (biasanya sama pendaki yang udah sering ke Alun-alun Suryakencana dibilang Goa). Sampai lah kita di Goa dan mulai membangun area camp kita. Kita bawa 2 tenda dan 1 flysheet untuk menjadikan camp kita ini seperti komplek tenda *lebay*

Riweuh ngatur tenda

Tenda komplek
Karena kita sampai masih siang, lama-lama kita ngerasa kegerahan juga di dalam tenda dan kepanasan di luar tenda, apalagi warna flysheetnya putih gitu, jadi silau deh. Serasa lagi sun bathing gw dan sialnya gw engga pakai sunblock untuk menahan serangan ganas sang mentari. Untuk menghilangan rasa bete karena kita kegerahan, kita mulai masak-masak *jeng jeng jeng* kegiatan yang sangat seru dan menuntut kreatifitas yang tinggi ketika memasak di ketinggian. Untungnya SS, khususnya angkatan gw udah punya 1 koki andalan yang sudah di verifikasi untuk memasak di gunung, yaitu Denny. Jago banget kalo Denny masak tuh.

Hari sudah sore dan menjelang senja. Gw, Doni, Pari, Adam dan Ikhor berencana untuk naik ke puncak menikmati suguhan alam yang luar biasa saat matahari mulai tenggelam. Gw dan Doni pun menyiapkan perbekalan agar tidak kerepotan saat kita naik maupun turun. Berbekal dengan 1 daypack, ponco, air minum, kamera dan headlamp kita pun berangkat menuju puncak gunung Gede. Sedangkan Manda dan Denny sibuk masak terus katanya sih mereka males untuk ke puncak. Jam 17.00 kita berangkat ke puncak dan sekitar pukul 17.40 kita sampai di puncak gunung Gede untuk menikmati sunset. Di puncak kita sempat ambil beberapa foto untuk kenangan dan cerita kepada anak cucu kami semua.





Karena angin dan udara semakin dingin, jam 18.15 kita mulai turun lagi ke Alun-alun Suryakencana untuk santap makan malam yang telah disediakan oleh Denny dan Manda. Cuaca mulai berubah yang tadinya cerah menjadi berkabut. Ada sebuah perasaan yang sangat “ngena” di hati saat kabut menyelimuti Alun-alun Suryakencana, mistis. Tapi bukan mistis yang horor-horor yaa, mistisnya itu gimana yaaa heem susah dijelasin kata-kata nih :p

Malam hari pun menjelang, suasana yang udah lama banget gw nantikan untuk menghabiskan waktu bersama dengan saudara-saudara seangkatan gw. Dulu, kita pernah tidur di tempat ini, di goa ini bareng-bareng seangkatan. Kini cuma beberapa diantara kita yang duduk di sini menghabiskan malam bersama. Gw kangen banget untuk bisa duduk bersama mereka di tengah suasana dingin dan bertemankan segelas kopi dan rokok bercerita tentang kehdupan. Malam semakin larut, kita pun beranjak untuk tidur.

Minggu, 20 Mei 2012

Pagi-pagi kita bangun sekitar jam 6 pagi. Untuk mengejar sunrise udah kesiangan dan kita mager banget buat berangkat ke puncak, jadi kita cuma diem di tenda meringkuk didalam sleeing bag. Pagi ini mungkin engga ada kegiatan yang berarti. Kita masak-masak lagi dan sarapan bareng-bareng. Gw lupa waktu itu masak apa ya? Sekitar pukul 11.00 kita mulai packing barang dan bersiap untuk pulang. Cuacanya agak mendung dan berkabut siang itu. Terkadang Alun-alun Suryakencana suka tiba-tiba menjadi putih semua karena kabut.
Denny, Adam, Gw, Doni
Pagi-pagi narsis dulu ahaha

Sebelum pulang
Siap untuk pulang


Perjalanan turun pun dimulai. Sempet bikin video dengan judul “pendaki bodoh” kalo teman-teman mau liat nanti gw cariin link video nya. Selain itu kita buat sebuah lagu “Ihor LF yang sebatang kara” itu lagunya menggunakan kata dan nada dari lagu sebuah kartun yang pernah beken tentang seekor lebah bernama Hatchi. Selama turun kita semua udah kaya kesetanan, lari lompat sana-sini dan kami hanya butuh 2 jam setengah untuk sampai desa lagi.

Sesampainya di desa sempat agak gerimis dan kita menumpang di warung yang  sebelumnya kita menginap. Ganti baju dan bersih-bersih sebelum menuju Bogor lagi. Dari desa kita naik angkot menuju jalan raya Cipanas dan sempet nunggu lama bis atau engga colt yang bakalan membawa kita ke Bogor. Setelah hampir setengah jam lebih akhirnya kita dapet juga colt nya untuk segera pulang ke Bogor.

Sampai dirumah baru sadar kalo pendakian kali ini udah beres -___- engga kerasa banget, tapi masih Alhamdulillah di kasih kesempatan untuk naik bareng dan selamat sampai rumah lagi hehe. Ternyata, setelah sekian lama engga naik bareng, kita teteplah kita. Engga pernah ada yang berubah setelah kita lulus Pendidikan Dasar sampai pendakian kali ini. Terima kasih untuk semuanya. Love you all Banyu Karikil =D

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Latihan Pertama

Minggu sore, gw akhirnya memutuskan untuk bergabung dengan komunitas PARKOUR Bogor. wahahaha apalagi nih parkour? oke parkour adalah : "sebuah seni bergerak dan metode latihan natural yang bertujuan untuk membantu manusia bergerak dengan cepat, efisien, dan halus dengan hanya menggunakan tubuhnya untuk beradaptasi terhadap rintangan yang ada di lingkungannya.” dikutip dari bukansekedarloncatloncat.tumblr.com mungkin sebagian teman teman ada yang belum tau tentang parkour atau ga tau parkour itu kaya gimana. pernah nonton film "Yamakasi" atau "D-13" ga? tuh yang kaya gitu tu parkour teh. kalo ga pernah nonton filmya buka youtube aja deh yaa. hahaha dari film dan video yang bisa teman teman cari dan akhirnya

Senandung Pagi Dewi Anjani

Halo semua, sudah lama ternyata gw engga nulis kelanjutan cerita pas kegiatan di Lombok, tepatnya desa Sajang. Tulisan ini bukan sambungan dari cerita sebelumnya. Ini merupakan cerita kunjungan gw, Ginanjar, Kak Lola, Apel, Kang Iqbal dan Zahra ke Lombok dalam rangka jadi relawan. Jadi relawan? Mungkin beberapa orang bakalan berpikir ko baru sekarang jadi relawannya? Yaa untuk berbuat baik engga ada kata telat toh. Selain itu, kita ke sini untuk membantu mengembalikan semangat anak-anak dan petani kopi di Desa Sajang ini. Sedikit cerita, jadi tim kami ini sudah berada di Lombok dari tanggal 16 dan memulai kegiatan tanggal 17 ke Lombok Utara dan selanjutnya kegiatan kami berfokus di daerah Sembalun, Kabupaten Lombok Timur. Gw sendiri baru merapat ke Lombok pada tanggal 22 Oktober 2018. Oh iya tim kami ini ada Ginanjar, mahasiswa dari Jogja yang sebelumnya memang sudah jadi relawan di Lombok ini ketika gempa mengguncang. Ada juga sepasang suami istri yang sangat mengisnpir